Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri
<p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu</span></span></span></span></strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> adalah jurnal yang diterbitkan oleh STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah mengundang para peneliti, dosen dan ahli untuk mengirimkan artikel hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan Agama dan Kebudayaan. </span></span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Jurnal ini pertama kali terbit pada tahun 2012 dengan terbitan setiap 6 bulan (dua kali petis) dan telah memiliki nomor e- ISSN: </span></span></span></span><span style="font-size: small;"><a href="http://u.lipi.go.id/1564454527" target="_blank" rel="noopener"><span style="font-family: helvetica;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">2685-7189</span></span></span></span></span></span></a></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> p-ISSN: </span></span></span></span><a href="http://u.lipi.go.id/1353216962" target="_blank" rel="noopener"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">2302-9102</span></span></span></span></a></p>STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengahen-USWidya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu2302-9102<p>Tulisan/artikel yang dimasukan diasumsikan tidak mengandung bahan proprietary yang tidak dilindungi oleh hak paten atau aplikasi paten. Tanggung jawab untuk konten teknis dan untuk perlindungan dari bahan proprietary merupakan tanggung jawab penulis dan organisasi yang mereka dan bukan tanggung jawab Widyagenitri dan staff redaksi nya. Penulis utama (Pertama/yang sesuai) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa artikel tersebut telah dilihat dan disetujui oleh penulis lain. Ini adalah tanggung jawab penulis untuk mendapatkan semua Izin pelepasan hak cipta yang diperlukan untuk penggunaan setiap materi berhak cipta dalam naskah sebelum pengajuan.</p>KEBERADAAN PURA KAYANGAN JAGAT ULUNDANU MEKARSARI DI DESA DODA BUNTA KECAMATAN SIMPANG RAYA KABUPATEN BANGGAI
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/PDF
<p>Pura Khayangan Jagat Ulundanu Mekarsari di Desa Doda Bunta Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai merupakan pura yang sangat unik pura ini di keramatkan oleh pengempon pura sebagai tempat untuk melakukan pemujaan kepada Dewi Danu dan penghormatan kepada Sang Hyang Hangewengku Bumi. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah; 1) Mengapa didirikannya Pura Kayangan Jagat Ulundanu Mekarsari di Desa Doda Bunta Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai?.2) Apakah Fungsi dari Pura Kayangan Jagat Ulundanu Mekarsari di Desa Doda Bunta Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai? Berdasarkan hasil penelitian ini faktor yang melatarbelakangi didirikannya Pura Khayangan Jagat Ulundanu Mekarsari yaitu: 1. Keyakinan Kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2. Terjadinya Krisis Air, 3. Terbentuknya Kelompok Tani, 4. Adanya Kejadian Luar Biasa 5.Mengikuti Perintah Weda atau Tradisi Leluhur. Pura Khyangan Jagat Ulundanu Mekarsari memiliki fungsi yaitu: 1. Sebagai Sarana Ritual dan Pemujaan, 2. Sebagai Sarana Untuk Menjaga Keharmonisan, 3. Sebagai Tempat Untuk Memberikan Pendidikan Keagamaan, 4. Sebagai Tempat Untuk Berkomonikasi Antar Sesama Pengempon Pura. 5. Sebagai Media Meditasi, 6. Sebagai Tempat Untuk Memohon Keselamatan, 7. Sebagai Tempat Untuk Meningkatkan Sradha dan Bakti 8. Sebagai Media Propaganda Pemerintahan. setelah penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat selalu menjaga kesucian dan kesakralan pura ini mengingat pura ini begitu unik. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji kembali pura ini, agar dapat mengkaji mengenai struktur bangunan pura ini mengingat struktur dari pura ini sangat lah unik dan menarik.</p>Yudha YudistiraI Ketut SupartaNi Ketut Ratini
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-212024-10-21152859310.36417/widyagenitri.v15i2.617TRADISI NGEJOT TUMPENG MASYARAKAT HINDU DI KELURAHAN MARTAJAYA KECAMATAN PASANGKYU KABUPATEN PASANGKAYU
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/623
<p>Rumusan masalah: (1) Bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi Ngejot Tumpeng? (2) Apa implikasi tradisi Ngejot Tumpeng? Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan tradisi Ngejot Tumpeng. (2) Untuk mengetahui implikasi tradisi Ngejot Tumpeng. Penelitian menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, peneliti menggunakan dua teori: teori fungsionalisme struktural dan teori resepsi, penentuan informan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Analisis data yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil ini adalah menunjukan hasil yaitu 1) bentuk pelaksanaan Ngejot Tumpeng a) pelaksanaan Ngejot Tumpeng pada hari raya penampahan Galungan sampai Galungan, b) bentuk bantennya masih sesuai seperti di Bali khususnya di Gianyar, c) tidak semua masyarakat melaksanakan Ngejot Tumpeng, dan d) tidak ada balasan yang dibawa pulang oleh masyarakat saat Ngejot Tumpeng. 2) implikasi tradisi ngejot tumpeng yaitu: a) implikasi sosial budaya yaitu mempererat kerukunan dan silahturahmi, b) implikasi ekonomi masyarakat memberikan dana punya, c) implikasi keagamaan yaitu meningkatkan rasa sradha dan bhakti umat Hindu.</p>Ni Putu Arum Astiti RejekiGede MerthawanI Ketut Suparta
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-212024-10-211529410210.36417/widyagenitri.v15i2.623PERSPEKTIF PENJOR GALUNGAN OLEH MASYARAKAT HINDU DI KOTA PALU
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/634
<p><em>Hindus carry out part of religious ceremonies, one of which is making a Galungan penjor which is something sacred. Based on the researcher's observations and interviews with several informants, there are still Hindu communities in Palu City who do not put up penjor when celebrating the Galungan holiday. Research problem formulation: (1) What is the Hindu community's perspective on the function of the penjor? (2) What are the obstacles for Hindu communities not installing penjor? (3) What efforts have been made by the Hindu community to maintain the installation of the penjor? Based on the research results, it was obtained: (1) The Hindu community's perspective on the function of penjor a) as an expression of gratitude, b) welfare and prosperity, c) humility, d) the embodiment of God's palace, e) victory over Adharma (2) The obstacles are not Installing Penjor a) internal obstacles, namely busyness (limited time in making), limited materials and lack of understanding the true meaning of penjor, b) external obstacles, namely, lack of family support, economic factors, focus of celebration venues not only in Palu and the neighborhood where you live which is heterogeneous, (3) Efforts are made to maintain the installation of penjor, a) providing freedom in creativity in making it, b) promoting</em><em> it on social media, c) socializing the importance of the meaning of penjor.</em></p>Ni Luh Sari DaniNi Ketut RatiniI Gede Suarnada
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515210311110.36417/widyagenitri.v15i2.634INTERAKSI SOSIAL PEMUDA HINDU DAN NON-HINDU KARANG TARUNA 45 DESA KADAILLA KECAMATAN KAROSSA KABUPATEN MAMUJU TENGAN PROVINSI SULAWESI BARAT
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/553
<p>Karang Taruna merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah generasi muda untuk mengembangkan diri atas dasar kesadaran serta tanggung jawab yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui interaksi sosial serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat terjadinya interaksi sosial Pemuda Hindu dan Non Hindu di Karang Taruna 45 Kadailla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi sosial dan tindakan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik <em>purposive sampling.</em> Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Interaksi sosial pemuda Hindu dan Non Hindu di Karang Taruna desa Kadailla sangat kurang, hal ini dikarenakan kesibukan masing-masing anggota dan sikap yang tidak mau berbaur oleh pemuda Hindu dengan pemuda Non Hindu. 2) faktor pendukung terjadinya interaksi yaitu dengan melakukan kegiatan sehingga setiap anggota berperan aktif dalam penggalangan dana serta bekerja sama dalam melakukan perawatan fasilitas organisasi seperti lapangan olahraga serta alat-alat olahraga. 3) faktor penghambat interaksi pemuda Karang Taruna yaitu kurangnya bimbingan dari pemerintah setempat serta kesibukan dari masing-masing anggota Karang Taruna.</p>Kadek Adi PradanaI Gede Made SuarnadaNi Ketut Ratini
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515211211910.36417/widyagenitri.v15i2.553KOMODIFIKASI BANTEN MELASPAS SANGGAH DI DESA SAUSU GANDASARI KECAMATAN SAUSU PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/673
<p>Komodifikasi <em>banten melaspas sanggah</em> mulai terjadi di Desa Sausu Gandasari. <em>Banten</em> tidak hanya diproduksi untuk ritual keagamaan, tetapi didistribusikan agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat untuk mencari keuntungan. Seperti fenomena yang terjadi pada salah satu keluarga di Desa Sausu Gandasari yang melaksanakan upacara <em>melaspas sanggah</em>, dimana membeli <em>banten</em> pada upacara <em>melaspas</em> yang akan dilakukannya, dilihat secara langsung masyarakat mampu untuk membuatnya secara bersama menyiapkan <em>banten</em> yang akan digunakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses dan dampak dari komodifikasi banten melaspas sanggah di desa sausu gandasari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian, Proses Komodifikasi <em>banten </em>yang terjadi di Desa Sausu Gandasari melalui tiga proses: Produksi, Distibusi dan Konsumsi <em>Banten</em> oleh masyarakat Hindu Desa Sausu Gandasari. Dampak Komodifikasi <em>Banten Melaspas Sanggah</em> Desa Sausu Gandasari ada dua dampak positif dan dampak negatif. Penelitian ini mengacu pada penelitian kualitatif, sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer yakni data yang diperoleh langsung dilapangan sedangkan data sekunder data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada seperti buku maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan, dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman.</p>Ni Kadek Elista YantiI Gede Made SuarnadaKetut Yasini
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515212012610.36417/widyagenitri.v15i2.673ADAPTASI DHARMIKA DALAM BERAGAMA HINDU
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/658
<p>Abstract Religious conversion is certainly not a new phenomenon in people's lives, this is also the case with people in Toili District, Banggai Regency, Central Sulawesi Province. However, what is very interesting to reveal is related to how conversion actors can carry out the adaptation process to the new environment. Therefore, this research tries to reveal 1) What is the adaptation process of Dharmikas? (2) What obstacles do Dharmikas face in the adaptation process? (3) The efforts made by Dharmikas in facing obstacles to adapting. The results of the research are that there are two adaptation processes carried out by Dharmikas, namely conformity adaptation or the adaptation process by agreeing to cultural goals as well as ways to achieve cultural goals. The second is adaptation by taking a role in the community, either participating in the activities of the Service Banjar or Traditional Banjar. The obstacles faced by Dharmikas in building adaptation are the lack of acceptance of Dharmikas in their husband's family and secondly, namely the lack of guidance specifically carried out by village leaders or Hindu institutions in developing and providing understanding to Dharmikas regarding Hindu teachings. The efforts made by the Dharmikas in facing obstacles in building adaptation include strengthening their commitment to remaining on the path of Hindu Dharma by always asking figures or community members who are considered to understand Hindu teachings and building good relationships with neighbors.</p>Ni Wayan Sri RahayuSugiarti .
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515212713510.36417/widyagenitri.v15i2.658STRATEGI GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN ETIKA SISWA MELALUI AJARAN TRI KAYA PARISUDHA DI SDN 38 MATARAM
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/709
<p>Penelitian ini bertujuan untuk melihat Strategi Guru Agama Hindu dalam meningkatkan Etika Siswa Melalui Ajaran Tri Kaya Parisudha di SDN 38 Mataram. Pembelajaran dibagi menjadi dua kelas. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Implementasi Ajaran Tri Kaya Parisudha dalam meningkatkan Etika Siswa di SDN 38 Mataram; 2) Kendala yang Dihadapi Guru Agama Hindu dalam meningkatkan Etika Siswa Melalui Ajaran Tri Kaya Parisudha di SDN 38 Mataram; 3) Strategi guru Agama Hindu dalam meningkatkan Etika Siswa Melalui Ajaran Tri Kaya Parisudha di SDN 38 Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara keseluruhan siswa di SDN 38 Mataram terutama kelas IV, V, dan VI sudah mampu menerapkan ajaran tri kaya parisudha dengan baik, tetapi masih ada juga beberapa siswa yang belum mampu menerapkan ajaran tersebut dengan baik, adapun kendala yang dihadapi yaitu dari faktor guru seperti penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang belum digunakan sesuai karakteristik siswa, selain itu dari faktor siswa juga merasa bosan atau jenuh saat pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode <em>problem based</em> <em>learning </em>dan penggunaan media berupa vidio pembelajaran, serta sumber belajar berupa LKS dan sebelum pembelajaran berakhir guru melakukan evaluasi.</p>Ida Bagus Kade Yoga PramanaNi Wayan Siska Komala DeviNi Made Arini
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515213614710.36417/widyagenitri.v15i2.709PELAKSANAAN CATUR BRATA PENYEPIAN UMAT HINDU DI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG
https://jurnal.dharmasentana.ac.id/widyagenitri/article/view/704
<p>Hari raya Nyepi adalah hari yang disucikan oleh umat Hindu. Dalam hari raya Nyepi terdapat empat larangan yang di sebut dengan <em>catur brata penyepian</em>, umat Hindu di Desa Tolai Barat khususnya di Dusun Gunung Sari Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong dalam pelaksanaan <em>catur brata penyepian</em> belum sepenuhnya melaksanakan larangan-larangan seperti <em>amati geni</em>, <em>amati karya</em>, <em>amati lelungan</em> dan <em>amati lelanguan</em> yang terdapat dalam <em>catur brata penyepian.</em> Rumusan masalah: 1.Bagaimana pelaksanaan <em>catur brata penyepian</em> bagi umat Hindu di Desa Tolai Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong?, 2.Apa Makna pelaksanaan <em>catur brata penyepian</em> bagi umat Hindu di Desa Tolai Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong? Tujuan; 1.Untuk mengetahui pelaksanaan <em>catur brata penyepian</em>. 2.Untuk mengetahui makna pelaksanaan <em>catur brata penyepian</em>. Jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menggunakan Teori Fungsional Struktural, dan Teori Makna. Penentuan informan yaitu: <em>Purposive, </em>metode pengumplan data: observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan <em>Catur Brata Penyepian</em> Bagi Umat Hindu yaitu: 1.menyesuaikan kondisi lingkungan setempat, 2.meningkatkan kesadaran diri, 3.meningkatkan keharmonisan, 4.berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Agama Hindu. <em>Catur brata penyepian</em> memiliki makna yaitu: 1.peningkatan spiritual, 2.peningkatan sosial, 3.pengendalian diri dan hawa nafsu, 4.peningkatkan kesucian rohani, 5.mawas diri atau<em> ngeret indrya</em>, 6.<em>mulat sarira.</em></p>I Komang Bagus Yadi YadnyaI Ketut SupartaI Gede Made Suarnada
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-10-252024-10-2515214816110.36417/widyagenitri.v15i2.704